Radarmalut.com – Polisi dibantu warga membongkar makam seorang warga negara asing (WNA) Pakistan bernama Shazada Amir Naz (44) di Ternate, Maluku Utara. Hal ini dilakukan untuk proses autopsi terhadap jenazah.
Shazada diketahui merupakan pengusaha atau pembeli hasil bumi yang ditemukan meninggal dunia di wilayah Halmahera Barat. Pembongkaran dilakukan karena keluarga menduga kematiannya tidak wajar dengan banyak kejanggalan.
Proses autopsi berlangsung sekitar pukul 12.00-13.015 WIT di Kelurahan Jati, Kecamatan Ternate Selatan. Sedangkan petugas yang terlibat, yakni Biddokkes Polda Maluku Utara, Dokter Ahli Forensik Polda Kepulauan Riau, AKP dr. Leonardo dan Tim Kuasa Hukum Keluarga Korban.
Korban ditemukan pertama kali oleh seorang warga bernama Sem Dimes (51) di dasar tebing bebatuan ketika melewati lokasi dengan menggunakan motor laut di Desa Tuguis, Kecamatan Loloda, Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara.
Istri korban, Endang Husen (44) mengatakan, tidak menduga jika keberangkatan suaminya ke Jailolo, Halmahera Barat pada akhir Februari 2024 adalah pertemuan terakhir, karena tanggal 2 Maret sorenya mendapatkan kabar bahwa orang yang bersamanya selama 7 tahun itu sudah ditemukan meninggal dunia.
“Saya ditelepon rekannya bernama Jalal, dia bilang moro (makhluk gaib) simpan suami saya, jadi tolong cari orang pintar. Namun begitu saya sampai di Jailolo terus ditelepon ulang pukul 16.05 WIT katanya tidak usah ke Loloda karena sudah ditemukan tapi meninggal dunia,” katanya saat ditemui di lokasi autopsi, Rabu (15/5/2024).
Endang lalu disuruh menunggu di Jailolo karena tak lama lagi akan diantar memakai ambulans untuk dipulangkan ke Ternate, namun hingga pukul 02.00 barulah jenazah suaminya tiba, yang diantar oleh Jalal, Erni Sow, Djefry dan Sem Dimes yang belakangan mengaku sebagai nelayan, tanpa pengawalan kepolisian.
“Disuruh siap-siap di situ, karena mau bawa ke Jailolo pakai ambulans untuk dipulangkan di Ternate. Ternyata saya tunggu sampai pukul 2 malam, karena kata mereka ada proses polisi. Sampai Jailolo itu ada empat orang yang antar termasuk yang temukan pertama kali,” ujarnya.
Endang sudah lupa tepatnya tanggal berapa suaminya berangkat ke Jailolo, tetapi menurutnya keberadaan suaminya di daerah Kesultanan itu kurang lebih seminggu. Diketahui, tanggal 25 Februari 2024, Shazada dan Mulyadi disusul Jalal tiba di Desa Soasio, Kecamatan Loloda.
Selanjutnya, lalu menyewa rumah Djefry untuk dijadikan tempat tinggal dan gudang sementara agar menampung hasil bumi yang dibeli, berupa cengkeh, pala dan fuli pala. Namun, pada tanggal 1 Maret sore, Shazada, Jalal dan Djefry berangkat menuju Desa Tuguis dengan maksud yang sama, yakni membeli hasil bumi.
“Sebelum ke Di Tuguis, Mulyadi balik ke Terante. Jadi hanya tiga orang yang pergi dan nginap di saudaranya Djefry yang bernama Erni Sow. Almarhum ke lokasi untuk membeli hasil bumi seperti cengkeh, pala dan fuli bersama Jalal dan Djefry. Si Djefry ini baru pertama kali kenal dengan almarhum suami,” ungkapnya.
Kejadian Sebelum Ditemukan tak Bernyawa
Menurut Endang dari penuturan Erni bahwa ketika malamnya mereka menggelar acara kecil-kecilan dengan menggoreng pisang dan bakar ikan. Namun usainya acara dan sekitar pukul 04.00 dini hari gelagat Shazada mulai berbeda, karena keluar dari tempat tidurnya lalu mengambil sebilah parang.
Tinggalkan Balasan