Radarmalut.com – Kondisi Pasar Central Bisnis District di Pulau Morotai kian memprihatinkan dengan sepinya pembeli sehingga membuat banyak pedagang memilih untuk berhenti berjualan disebabkan barang dagangan mereka sering rusak.
Anggota Komisi II DPRD Morotai, Sukri Mandea menilai bahwa situasi pasar tidak bisa digeneralisasi sebagai mati total. Menurutnya, aktivitas jual beli masyarakat di pasar bersifat fluktuatif dan sangat bergantung pada waktu serta kebiasaan belanja masyarakat.
“Sesuai hasil pantauan, jual beli masyarakat setiap saat Berubah-ubah, dia fluktuatif. Karena jika kita minta data penjualan, yang lain terbilang masih laku. Misalnya, jika kita tanya ke pedagang yang lain, hasilnya bisa berbeda,” ujarnya, Kamis (16/10/2025).
Sukri menjelaskan, fenomena pasar sepi juga dipengaruhi oleh pola konsumsi masyarakat yang kini cenderung berpindah ke lokasi-lokasi penjualan yang lebih dekat dengan pemukiman. Meski demikian, ia meminta pemerintah daerah tetap perlu mengambil langkah evaluasi terhadap tata niaga dan fungsi pasar.
“Perlu ada evaluasi penataan pasar dan penertiban pedagang yang berjualan di luar kawasan resmi. Kalau penataan dilakukan secara baik, pembeli bisa kembali ke pasar dan ekonomi pedagang kecil akan bergerak lagi,” tuturnya.
Sebelumnya, sejumlah pedagang di Pasar CBD mengeluhkan menurunnya omzet hingga 100 persen karena sepinya pengunjung. Mereka berharap Pemda menertibkan pedagang Barito yang berjualan di emperan jalan di pusat Kota Daruba agar pembeli bisa kembali ke pasar.
Sebanyak 44 lapak Barito (bawang, rica dan tomat) dan 30 ruko di kawasan CBD kini sebagian besar sudah mengambil keputusan untuk tak lagi berjualan. Beberapa pedagang masih bertahan, namun pengunjung yang datang terbilang sangat sedikit.
***
