Radarmalut.com – Kandidat bupati, Edi Langkara harus bekerja lebih keras untuk mendongkrak kepercayaannya ke warga Halmahera Tengah. Pasalnya, rencananya maju pemilihan gubernur (Pilgub) Maluku Utara 2024 gagal karena elektabilitasnya menurun jauh dari calon lain.
Dari hasil survei internal tersebut tentu bahwa Edi tidak begitu diminati masyarakat untuk menjadi seorang pemimpin. Diduga survei yang dilakukan itu lebih menyasar sampel di Halmahera Tangah sebagai basis dukungan, alasannya pernah menjabat bupati 2017-2022.
“Ini soal survei, kalau survei tidak bagus, otomatis kan biar saya mantan bupati, tapi kalau hasil survei tidak mendukung, ya tidak bisa,” kata Edi saat mengikuti uji kelayakan dan kepatutan Partai Hanura di Ternate, Kamis (9/5/2024) lalu.
Sisi lainnya, Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) DPP Partai Golkar ini pun dijegal oleh pengurus internal partainya sendiri untuk maju bupati. Hal ini dibuktikan dengan dukungan Golkar ke pasangan calon Ikram Sangadji dan Ahlan Djumadil.
Belakangan diketahui bahwa bukan cuma hasil survei jadi tolak ukur Edi mengurungkan niat bertarung di Pilgub, tetapi Golkar juga mengalihkan dukungan kepada kandidat lain. Ini artinya, DPP memiliki pandangan terhadap kelayakan kadernya.
Buntut tak didukung Golkar, Edi kemudian memutuskan pindah ke PDIP. Partai berlambang banteng itu mengusungnya di pemilihan kepada daerah di Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara, bersama Perindo, Demokrat, PKN, Partai Buruh, PSI dan PPP.
Saat ini pasangan Edi Langkara-Abdul Rahim Odeyani lebih banyak safari politik untuk menggaet dukungan warga Halmahera Tengah. Mereka harus bekerja maksimal untuk mendapatkan simpati, dengan derasnya sejumlah isu di masa keduanya menjabat bupati dan wakil bupati.
Misalnya, penggusuran lahan tanpa ganti rugi di Dotte, Weda Timur dan Patani Barat maupun lahan GOR Fagogoru. “Apa mereka lupa penggusuran di dotte, sampai-sampai warga memblokade jalan hingga membentangkan tulisan ‘bupati paling bafoya di dunia’,” kata salah satu warga, Hamdan.
Pemilihan kepada daerah diharapkan mampu memunculkan pemimpin yang mempunyai gagasan perubahan. Tentu Halmahera Tengah juga demikian. Sebab, daerah ini belum pulih dari trauma banjir akhir Juli kemarin, sehingga dampaknya 1.728 jiwa terpaksa harus mengungsi.
Klik di halaman selanjutnya…
Tinggalkan Balasan