Radarmalut.com – Kepala SMA Negeri 8 Kota Ternate, Munira Assagaf, menepis dugaan penyalahgunaan dana komite dan pungutan penerimaan siswa baru di sekolah yang dipimpinnya. Bahkan, realisasi uang tersebut sudah sesuai maupun peruntukkannya.

Munira mengatakan, setiap rapat yang membahas iuran komite dilakukan bersama orang tua siswa dan pengurus komite tanpa kehadiran kepala sekolah. Adapun, Bantuan Operasional Sekolah Daerah (Bosda) yang berjalan sebelum hadirnya program pendidikan gratis.

“Komite itu sebenarnya sudah berakhir sejak 2024 karena adanya kebijakan pendidikan gratis. Jadi, kalau ada guru yang tidak senang karena dulu menerima Rp 900 ribu, itu terkait dana Bosda sebelum program pendidikan gratis diberlakukan,” katanya, Senin (29/9/2025).

Menurutnya, sebelum kebijakan pendidikan gratis, guru-guru memang mendapat tambahan kesejahteraan dari iuran komite. Namun, setelah program pendidikan tanpa pungutan biaya berjalan, tunjangan itu otomatis dihentikan.

“Untuk Mei, Juni, dan Juli 2024, hak guru sudah diberikan. Mulai Agustus, semua sudah ditanggung program pendidikan gratis melalui Bosda,” jelasnya.

Munira menuturkan, Gubernur Maluku Utara Sherly Tjoanda telah menegaskan larangan pungutan dan iuran komite. Meski pengurus komite masih ada secara administratif, namun iuran tidak lagi diberlakukan sejak program pendidikan gratis tersebut.

“Sebelum edaran keluar, iuran itu Rp 200 ribu, bukan Rp 300 ribu. Tidak semua siswa pun diwajibkan bayar, karena ada yang digratiskan selama tiga tahun penuh, bahkan ada subsidi silang,” paparnya.

Soal pungutan Rp 1,5 juta untuk penerimaan siswa baru 2023, Munira membantah jumlah itu. Ia menyebut, dana yang dimaksud merupakan bagian dari program unggulan sekolah untuk mendukung keikutsertaan siswa dalam Olimpiade Sains Nasional.

“Itu adalah program peningkatan mutu yang sudah ada sejak kepala sekolah terdahulu. Dananya dipakai untuk persiapan siswa mengikuti kompetisi nasional di sembilan bidang mata pelajaran,” tandasnya. Tanpa memberikan penjelasan nominal yang disanggahnya.

***

Haerudin Muhammad
Editor