Radarmalut.com – Bangsa Indonesia memang cinta perdamaian, tetapi tentu lebih cinta , karena secara fitrah setiap orang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa memiliki hak kemerdekaan dan .

Kedaulatan itu baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, sudah selayaknya sesuai dengan fitrah maka setiap bentuk dominasi asing dan penjajahan harus kita lawan.

Jiwa dan semangat untuk melawan setiap bentuk penjajahan ini seharusnya ada pada diri setiap warga Indonesia. Banyak orang mengatakan dalam arti secara formal kita sudah merdeka tetapi banyak kritik dilontarkan bahwa kita masih mengalami “penjajahan”.

Dalam bidang ekonomi dan kebudayaan dalam arti kurang memiliki kemandirian. Sebab, dengan segala upaya kita harus memperjuangkan kemandirian dan kedaulatan di bidang ekonomi dan kebudayaan.

Dalam berjuang untuk memperkuat kemandirian itu, kita perlu meneladani atau mencontoh semangat juang para pendahulu kita, misalnya para pahlawan yang telah berjuang melawan penjajahan, keserakahan , dan .

Dari pulau yang satu ke pulau yang lain berhasil menggerakkan berbagai lapisan kekuatan baik dari bangsawan maupun untuk melawan kezaliman .

Politik devide et impera pun mulai diterapkan oleh Belanda, tetapi Nuku tidak terpengaruh, tetap teguh dan satu niat untuk melawan penjajah.

Dengan dukungan para penguasa dari Papua dan Halmahera, bahkan juga Inggris. Pasukan Nuku semakin berjaya.

Belanda harus mengakui keunggulan Sultan Nuku. Di masa Pangeran Nuku inilah Tidore memperoleh kembali kemerdekaannya dan terus bertahan sampai Sultan Nuku .

Hal ini menunjukkan salah satu perlawanan terhadap keserakahan dan kekejaman kekuatan kongsi dagang asing yang melakukan monopoli dan menjajah bumi ini.

Tim Radar
Editor
Radar Malut
Reporter