Radarmalut.com – Ternyata sejumlah kader di kabupaten/kota tak mendapatkan rekomendasi dari Gerindra untuk maju mencalonkan diri pada Pilkada 2024 menuai protes internal partai. Bahkan dipastikan Aliong Mus-Sahril Thahir kalah di Pilgub Maluku Utara.
Sementara mereka telah bekerja keras dalam meraih kursi DPRD pada Pemilu kemarin. Namun sikap Ketua DPD Partai Gerindra Maluku Utara, Sahril Thahir tersebut berdampak terhadap solidaritas partai yang selama ini sudah terbangun.
“Apa sebabnya saya bilang tidak kuat, pertimbangan dari kacamata saya di internal Gerindra saja tidak sehat. Karena kader di 10 kabupaten/kota rata-rata tidak mendapatkan rekomendasi, hanya Halmahera Tengah tapi belum tahu yang lainnya,” kata Ketua IV DPD Gerindra Maluku Utara, Ike Masita Tunas, belum lama ini.
Ike menyebut, seperti Ketua DPC Gerindra Kepulauan Sula Natsir Sangaji berjuang sampai mendapatkan dua kursi dan berpasangan dengan Hendrata Thes maju di Pilkada, tetapi atas usulan seorang Sahril sehingga partai lebih memilih Fifian Adeningsih Mus-Saleh Marasabessy.
“Tidak mungkin kader-kader di sana bersama dengan ketuanya itu pilih Fifian Adeningsih Mus, kan dilema semua. Jadi, jangan berharap pasangan Aliong-Sahril mendapatkan dukungan full dari semua kader Gerindra yang ada di Provinsi Maluku Utara,” ungkapnya.
“Betul tidak, mereka kan mengharapkan supaya terjadi sinergis. Tapi Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Gerindra saja pecah, apalagi semua kabupaten/kota pecah. Apa yang diharapkan,” tambahnya.
Ike menjelaskan, akan mengambil sikap tegas untuk membuat perlawanan kepada pasangan Aliong Mus-Sahril Thahir karena memiliki massa pendukung yang cukup. Sebab, dikatannya ini adalah musuh bersama di dalam partai yang perlu atasi.
“Yang kita harapkan musuh itu eksternal tapi musuh di dalam banyak sekali. Saya juga punya massa di Provinsi Maluku Utara, jadi instrumen-instrumen yang ada dibelakang saya. Akan lawan betul, saya lawan tidak ada urusan,” tandasnya.
Ike berujar di rapat internal meminta untuk memperjuangkan kader partai ke pusat, ternyata tak diakomodir. Padahal, kursi yang dipakai untuk bertarung di Pilgub merupakan hasil dari perjuangan yang panjang oleh kader-kader partai.
Simak di halaman selanjutnya…
Tinggalkan Balasan